-->

Kisah 4 pengusaha mandiri yang sukses di indonesia

INILAH KISAH SESEORANG YANG SUKSES DALAM MENJALANI USAHA MANDIRINYA

Kisah 4 pengusaha mandiri yang sukses di indonesia

- YANG PERTAMA ADALAH "GURUH SABDO NUGROHO"

GURUH SABDO NUGROHO

Berawal dari Hobi, Pria Ini Bisnis Gitar Motif Batik Hingga ke Mancanegara ,Ide bisnis bisa datang dari mana saja, hanya sekadar iseng hingga karena hobi tertentu. Inilah yang dialami Guruh Sabdo Nugroho, pembuat gitar asal Solo, Jawa Tengah.

Berawal dari hobi bermain dan mengoleksi gitar, Guruh menjajal membuat gitar dan menjualnya. Yang menarik, gitar racikan Guruh dipadu dengan motif batik.

"Saya ingin bikin gitar yang berbeda dengan yang lainnya, dan waktu itu saya tinggal di daerah sentra batik di Solo, jadi waktu itu kepikiran batik," ungkap Guruh .

Kendati demikian, tidak mudah bagi Guruh untuk memadukan sebuah gitar dengan sentuhan batik. Dia harus melakukan riset supaya idenya itu dapat terwujud dengan sempurna.


GURUH SABDO NUGROHO


"Penerapannya itu sangat susah, karena proses pembuatan batik tulis itu kan susah, setelah di batik kemudian dicelupkan ke air panas dan lain-lain, nah itu kalau di aplikasikan ke gitar, kan seperti enggak mungkin. Akhirnya kita riset hampir dua sampai tiga tahun. Alhirnya berhasil. Jadi ini benar-benar batik, proses pembuatan batiknya sesuai standar UNESCO," cerita Guruh dengan semangat.

Lalu pada 2009 silam, dengan modal Rp 10 juta, Guruh mulai menjalankan usahanya dengan label produk Batik Soul Guitar. Awalnya, Guruh menjalankan usaha agar bisa balik modal.

"Modal untuk riset ini enggak murah, karena untuk membuat gitar yang premium itu harus memakai material yang premium, sedangkan jika sudah gagal itu kita harus mengulang lagi dengan material yang sama. Selama dua tahun bisa dibilang saya buka usaha hanya untuk balik modal, dari 2009 sampai 2011," ungkap pria yang telah memiliki dua orang anak ini.

Namun, berkat ketekunannya, perlahan namun pasti produk Guruh makin terkenal dan usahanya membuahkan hasil. Gitar milik Guruh telah banyak dipasarkan di berbagai wilayah di Indonesia, bahkan hingga luar negeri.

Dengan perpaduan antara gitar dengan batik, Batik Soul Guitar tak hanya bernilai jual, melainkan juga memilki nilai seni. Beberapa musisi dalam dan luar negeri telah menggunakan Batik Soul Guitar.

"Segmentasi kita memang musisi pro, gitaris pro, dan pencinta music dari berbagai penjuru. Mulai dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Belanda, Australia, Inggris, Swedia, hingga Jerman. Gitar kita juga dipakai oleh beberapa musisi, ada Ras Muhammad, Tohpati, Adera, sampai band asal Kanada bernama Savages Playground," kata Guruh.

Harga yang dipatok dari setiap produk Guruh pun bervariasi, tergantung dari desain dan kesulitan dalam membuatnya. "Karena kita juga bikin custom, jadi harganya macam-macam, mulai dari Rp 4 juta sampai Rp 30 juta per buah," terang Guruh.

Dalam sebulan, rata-rata Guruh mampu memproduksi dan menjual gitarnya 15 sampai 20 buah. Dengan keuntungan sebesar itu, Guruh yang mulanya bekerja di sebuah perusahaan IT di Jakarta itu akhirnya memilih untuk sepenuhnya fokus ke bisnis gitar.

"Karena pekerjaan sekarang lebih nyaman untuk dikerjakan, lebih banyak relasi. Kalau masalah menguntungkan itu kan feedback kita dalam ketekunan bekerja," kata Guruh sembari tertawa.

- YANG KEDUA ADALAH DIAJENG LESTARI SOEKOTJO
DIAJENG LESTARI SOEKOTJO

Wanita Ini Sukses Jualan Hijab Hingga ke AS dan Inggris, Bisnis apa yang paling prospektif dan disarankan dijalankan anak muda? Jika pertanyaan itu ditanyakan ke Ajeng, satu-satunya jawabannya adalah bisnis e-commerce. Pemilik nama lengkap Diajeng Lestari Soekotjo ini, kini gilang gemilang membuat situs penjualan hijab bernama Hijup.

Merintis bisnis sejak Agustus 2011 silam dengan hanya dibantu satu asisten yang tak lain adalah teman kuliahnya, kini Hijup jadi salah satu startup busana muslim dengan penjualan terbesar di Indonesia. Kini dengan mempekerjakan 120 orang, 80% karyawan wanita, toko online miliknya menjual lusinan merek dari sekitar 200 desainer hijab.

Sebelum memulai kesibukannya membangun e-commerce, lulusan Ilmu Politik Universitas Indonesia ini sempat meniti karir sebagai research marketing.

"Sebelumnya karyawan marketing riset, tahun 2011 saya berhenti dan beranikan terjun ke e-commerce. Kenapa saya pilih menjual hijab, karena banyak wanita karir yang kesulitan mencari hijab sesuai fashion-nya yang very well. Ke mal pun susah cari, dari situ saya berpikir kenapa tidak menjual hijab dengan desain-desain yang dinamis," kata Ajeng, ditemui di acara Google for Indonesia, Jakarta, Selasa (9/8/2016).

"Dan rupanya keputusan berhenti di pekerjaan didukung penuh sama suami saya. Berani memulai dengan teman saya dengan modal kurang dari Rp 10 juta saat itu, ruangan hanya 2x3 meter," tambah istri dari Achmad Zakky, CEO BukaLapak.com ini.

Menurutnya, sukses bisnisnya tak lepas dari pemahaman menangkap orientasi perubahan fashion hijab yang disukai wanita muda. Ini sesuai dengan motto Hijup yakni LORD yang merupakan kepanjangan Lean, Open, Result, Oriented, dan Dynamic.

"Kemudian yang berbeda, Hijup menawarkan tak hanya sekadar konten fashion kemudian diskon-diskon, namun bisa menginspirasi dengan desain yang hidup. Kita sudah kerja sama dengan 120 desainer, sebelumnya hanya 14 desainer," ucap Ajeng.

Soal pemasaran, sebagai pelaku bisnis e-commerce, dirinya lebih mengandalkan promosi dari instagram, news letter, sampai video hijup yang rupanya cukup populer di Youtube.

Usahanya tak selamanya mulus. Sejak 2011 membangun bisnis sampai setahun setelahnya, Hijup bisa dikatakan jalan di tempat. Penjualan masih stagnan dan tak banyak tumbuh, hingga akhirnya Ajeng cuti dari Hijup karena hamil anak pertama.

"Titik baliknya akhirnya bisa sebesar saat ini malah terjadi saat cuti hamil. Di situ ternyata saya punya banyak waktu untuk memikirkan apa-apa yang kurang. Dan ternyata kuncinya hanya 3 yaitu rekrut orang terbaik, pengelolaan keuangan di bank, dan desain," ujar Ajeng.

Soal kiat berbisnis membangun perusahaan startup, modal utamanya adalah melihat minat dari diri sendiri.

"Kalau Anda suka masak, bisnis masak, apa pun itu tinggal dijalankan. Apalagi sekarang eranya persaingan bebas, jangan sampai kita hanya jadi penonton saja," ungkap wanita kelahiran Bekasi, 30 tahun silam ini.

Kendati demikian, Ajeng enggan mengungkapkan berapa omzet penjualan dari Hijup. Produknya tak hanya beredar di Indonesia, namun juga laris manis hingga ke berbagai negara seperti India, Malaysia, Singapura, Amerika Serikat (AS), dan Inggris

- YANG KETIGA ADALAH
YASA SINGGIH

YASA SINGGIH

Mulai Berbisnis Sejak Sekolah, Pemuda Ini Raup Omzet Ratusan Juta Lewat Men's Republic, Menjadi sukses di usia muda tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dilewati. Hal ini dialami oleh Yasa Singgih. Pendiri brand fashion Men's Republic ternyata tidak lepas dari keteledoran.

Dengan usia yang masih sangat muda saat memulai bisnis, Yasa sempat tertipu saat ia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Dia tidak mempunyai pengetahuan sama sekali mengenai seluk-beluk kaos, atau pun desain.

Ilmu pengetahuan yang ia miliki saat itu hanyalah bahwa dia bisa membeli kaos di pasar untuk kemudian bisa dipasarkan secara online.

Ia sempat melakukan bisnis reseller dengan salah satu Kementerian yang ingin melakukan pembelian baju dalam jumlah besar. Namun, ternyata harus tertipu oleh salah satu pasar yang ia ambil barangnya lantaran barang tersebut produk tiruan.

"Satu hari saya ngambil barang, jual online, satu hari saya ditelepon sama salah satu institusi pemerintah, menanyakan dagangan yang dijual. Suatu kementerian menelpon saya untuk mengambil sekian lusin. Ternyata yang jual barang tiruan," ujar dia dalam acara d'Preneur di Ice Palace Lotte Shopping Avenue, Ciputra World, Jakarta, Selasa (25/10/2016).

Namun ternyata, menjual merk sendiri pun tidak serta-merta membawa dia dalam keuntungan.

"Akhirnya bikin merek sendiri. Awalnya bikin sepatu saja. Awalnya mau beli sepatu pas mahasiswa. Ngelihat sepatu kulit mahal, mau buat yang murah," ungkapnya.

Sempat meminjam uang sekitar Rp 4,8 juta kepada salah satu pabrik untuk mengambil bahan baku. Hingga pada akhirnya ia berhasil menjual produk Men's Republic.

Hingga saat ini, pria kelahiran tahun 1995 ini kini menghasilkan rata-rata penjualan 700 hingga 1000 pcs/bulan. Dengan harga produk berkisar Rp 200 hingga Rp 300 ribu, ia bisa memiliki omzet per bulannya hingga ratusan juta rupiah.

"Omzet hampir sama lah dengan punya nya Luna (Luna Maya), (sekitar Rp 300 juta)," tukasnya.

- YANG KEEMPAT ADALAH MADE SUTAMAYA

MADE SUTAMAYA

Pria Ini 'Sulap' Limbah Kayu Jadi Produk Bernilai Jual dan Diekspor ke Eropa, Siapa sangka limbah kayu yang bertebaran di sekitar kita bisa digarap menjadi produk yang bernilai jual. Di tangan Made Sutamaya, limbah kayu diolah dan dipoles menjadi produk kerajinan yang cantik dan unik.

Pria asal Bali itu 'menyulap' limbah kayu menjadi berbagai produk mulai dari tempat lampu hingga sofa.

"Bahan baku dari limbah kayu pantai yang berserakan ini saya pungut, kemudian saya bentuk dan dijadikan berbagai furnitur," ungkap Made ketika berbincang dengan detikFinance, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (13/10/2016).

Made berkisah, awalnya dia adalah seorang pegawai galeri seni di Bali. Namun, pekerjaan itu tak lagi bisa menghidupi keluarganya lantaran galeri seni tempatnya bekerja sepi pengunjung pasca tragedi bom Bali 2002.

Made memutar otak untuk mencari penghasilan lain. Ide kreatifnya muncul saat melihat limbah kayu berserakan di pinggir pantai.

Made memungutnya dan membawa pulang. Dia kemudian meracik limbah kayu itu menjadi sebuah meja.

MADE SUTAMAYA


 "Awalnya saya pun tidak yakin, tapi saya coba saja. Tapi orang-orang sangat tertarik dengan apa yang saya buat, padahal saya iseng saja buat ini. Meja itu saya buat tidak pakai lem, hanya pakai paku saja," tutur ayah tiga anak ini.

Made tak hanya puas dengan membuat meja. Berbekal ketekunan dan kerja keras, Made mengembangkan lagi limbah kayu menjadi aneka produk kerajinan.

Kini, produk racikan Made tak hanya diminati pembeli lokal, melainkan juga diburu konsumen Eropa.

"Saya sudah ekspor ke Belanda, Inggris, Jerman, juga Prancis," ungkap Made.

Kini, omzet yang didapat Made setiap bulannya mencapai ratusan juta rupiah. Namun, Made mengatakan, kalau semua itu diperoleh berkat kerja keras.

"Semua ini saya dapatkan tidak mudah. Banyak kesulitan yang saya lalui dalam menjalankan bisnis ini. Contohnya masalah bahan baku, sebenarnya sulit untuk mendapatkan bahan baku ini, karena limbah kayu ini ada, hanya pada saat terjadi banjir," jelasnya.

Agar makin dikenal luas, Made terus memasarkan produk kerajinannya. Salah satunya dengan mengikuti pameran.

"Maka itu saya katakan, untuk para pengusaha yang sedang berjuang supaya rajin mengikuti berbagai pameran, karena kita ini sebenarnya menjual ide, dan orang-orang harus melihat ide kita. Jangan hanya menunggu," tuturnya.

Itulah seseorang yang sukses dalam menjalani usaha mandirinya....

Berlangganan update artikel terbaru via email:

7 Responses to "Kisah 4 pengusaha mandiri yang sukses di indonesia"

  1. Sangat menginspirasi kaum muda untuk mengikuti jejak 4 pengusaha muda nan sukses ini. Termasuk saya salah-satunya.

    ReplyDelete
  2. Saya sangat terinspirasi dengan kisah sukses Bpk. MADE SUTAMAYA
    ia memanfaatkan limbah kayu untuk di jadikan peluang usaha yang menjanjikan.

    ReplyDelete
  3. Kisah sukses para pengusaha tsb bisa kita tiru untuk lebih memotivasi diri agar hidup lebih maju dan berkembang lagi.

    ReplyDelete
  4. Dalam bidang fashion hijup tidak kalah dengan brand ternama lainnya.

    ReplyDelete
  5. Semoga kita bisa mengikuti jejak kesuksesan mereka ya. Amin..

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel