puisi rintihan seorang anak
12:31 AM
Add Comment
![anak menangis puisi rintihan seorang anak](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdH4z6xU-wY-wLZnOYx1Pwe11tx63ohfJWJ5W7Av4pryuirIYfSL2sJTklZcOhnhY8819zQSsFP1Tno7ZPPi_8O65_ecWviVFL8bJfIjJuZKOBiOe82bsr0h062St2jhmVsjoBF82Cfg/s320/anak+nangis+2.jpg)
Waktu yang selalu aku benci adalah saat pengambilan rapor. Laporan kemajuan belajar itu bagiku sama sekali tak berarti. Juara pertama di kelas tak mampu menarik perhatianya untuk menyisihkan waktunya sekadar satu jam berkumpul dengan orang tua murid kawan-kawanku. Tak jarang, saat pengumunan juara, di antara aku dan kawan-kawanku yang mendapat juara hanya aku yang berdiri sendiri tanpa didampingi orang tua. Aku dendam lagi kepada ibuku. “Aku berjanji tidak akan membiarkan anakku kelak merasakan yang aku rasakan. Aku akan memberi perhatian untuk setiap kerja kerasnya yang membanggakan. Aku akan selalu memberi pujian untuk semua pencapaiannya pun itu mungkin tidak berarti untuk orang lain”
Obrolan yang aku benci denganya adalah saat kami membicarakan bapak. Orang yang kini telah menjadi “mantan” suaminya tetapi sampai kapan pun dia adalah seorang bapak bagiku. Sosok bijak yang ternyata tak mampu bersikap bijak jika itu menyangkut ibu. Tak sedikit pun ada hal menarik yang dia ceritakan tentang bapakku. Aku hanya diam. Aku tidak mau menyanggah. Bagiku akan sia-sia. Sepertinya, ibu lupa pernah sangat mencintai bapakku. Dan aku kembali dendam. “Aku tak kan berbicara seperti ini kepada anakku kelak. Hal semacam ini bukan membuatku membenci seorang bapak, justru aku akan membenarkan langkah bapak meninggalkannya. Bagaimana mungkin, seorang yang mencintai lupa banyak kebaikan pasangannya?
Anakku kelak akan kuberi banyak cerita mengapa aku akhirnya memilih ayahnya. Betapa dia gigih membuktikan cintanya. Betapa dia sabar menyadarkanku bahwa perkawinan bukanlah hal menakutkan. Betapa dia tak pernah lupa memberi semangat kepadaku bahwa aku dapat menjadi ibu seperti yang kuimpikan”
Jika orang tuamu masih meragukanku menjadi ibu untuk anak-anakmu kelak, sampaikan dendamku ini kepadanya. Jika dia masih menyangkal dan mengatakan “tak ada buah yang jatuh jauh dari pohonnya”. Katakan padanya, bahwa aku adalah buah yang tak sempat jatuh, karena pemilik pohon itu memetikku dan segera membawaku pergi.
0 Response to "puisi rintihan seorang anak"
Post a Comment